Pusaka - Tombak Yang Mempunyai Mata

|

Peristiwa ini terjadi sekitar 3-4 tahun yang lalu. Ada sebuah kerajaan (Sebut saja kerajaan P) yang hampir kalah dalam peperangan. Musuh yang mereka hadapi sangatlah cerdik, saat itu musuh menggunakan taktik gerilya atau lebih tepatnya menggunakan umpan untuk menyerang balik. Umpan yang digunakan oleh musuh adalah pasukan yang jumlahnya sedikit sekali, mungkin sekitar 100 orang. Tanpa curiga sedikitpun, Kerajaan P yang membawa hampir seluruh pasukan istana akhirnya menyerang dengan kekuatan penuh dan tanpa ampun.

Perangpun berakhir dan mereka semua kembali ke Kerajaan mereka. Tapi, mereka begitu terkejut melihat keadaan istana yang porak poranda dan mayat ada dimana-mana. Para penjaga istana semua telah menjadi mayat. Tidak hanya sampai di situ, saat mereka memasuki istana betapa terkejutnya mereka karena tidak menemukan Sang Putri. Ya, saat pasukan kerajaan memakan "umpan", musuh yang sebenarnya telah masuk memporak-porandakan istana dan menculik Sang Putri.

Atas dasar itulah Sang Raja meminta bantuan ke Ana (Pacarku :)) untuk meminjam sebuah pusaka yang berada di salah satu air terjun di daerah Malang. Tanpa pikir panjang Anapun menyanggupi untuk mengambil pusaka tersebut. Teman-teman pasti sudah bisa menebak, siapa yang jadi tukang ojek atau kebagian tugas untuk menemani Ana ??? Tentu saja Aku sebagai pacarnya (bagian kagak enak terusss).

Singkat cerita, kami sudah berada di tempat tujuan. Hutan yang rindang, udara yang sejuk, pemandangan yang indah, angin bertiup sepoi-sepoi ... benar-benar suasana pegunungan yang menyejukkan hati. Beda sekali dengan di kota, paling-paling angin yang bertiup dari knalpot. Tul tidak ???

Ada satu masalah yang saat itu mengganggu perasaan kami, yang membuat kami kebingungan tidak tahu arah tujuan. Yaitu, baik Ana maupun Raja yang meminta tolong tidak tahu di mana tepatnya pusaka itu berada. Bingung kagak seh ??? masa' harus mencari satu-satu tempat tersebut ??? wilayah (air terjun) tersebut sangat luas sekali.

Ya ... apa boleh buat, akhirnya kita coba jalan terus ke air terjun sambil berharap semoga saja pusaka tersebut menampakkan dirinya. Sehingga kami tidak perlu repot-repot dan cepat pulang ... hehehe

Saat sedang berjalan menuju air terjun, kami bertemu dengan seorang pengemis. Dengan tubuhnya yang sangat kotor dan pakaiannya yang compang-camping, pengemis tersebut mendekati kami untuk meminta uang. Karena merasa kasihan, akhirnya aku kasih pengemis tersebut uang receh. Tahu tidak temen-temen, apa yang terjadi setelah itu ??? Pengemis tersebut menunjuk air terjun dan menyuruh melihat ke arah kanan air terjun tsb. Dia memperagakannya berulang-ulang. Akhirnya, kami mengerti dan mengucapkan terima kasih ke pengemis tersebut. Pengemis itupun hanya tersenyum dan pergi begitu saja sambil mengangguk-anggukkan kepala. Mungkin artinya "sama-sama" kali :).

Kamipun meneruskan perjalanan, tanpa aku sadari ternyata Ana tertinggal jauh di belakangku. Memang saat itu aku terus berjalan tanpa melihat ke belakang. Di saat aku tersadar dan berhenti untuk menunggu Ana, terjadi peristiwa yang sangat aneh dan membuat merinding sekujur tubuhku. Yaitu, suara auman singa tepat di sampingku. Saat aku melihat ke arah suara tersebut, yang terlihat hanyalah semak-semak belukar. Apa mungkin hanya perasaanku saja ataukah disini ada yang pelihara singa ??? masa di atas gunung pelihara singa seh ??? Aneh bangetkan ???

Tidak beberapa lama Si Ana muncul, akupun menceritakan peristiwa yang baru saja terjadi. Si Ana dengan entengnya ngejawab "Makanya jangan jalan sendirian ditempat seperti ini, kita jalan sama-sama aja biar tidak ada yang ganggu". Walah ... jangan-jangan nih anak pengen di deketku terus ... hehehe

Akhirnya, tiba juga di depan air terjun. Seperti yang ditunjukkan oleh pengemis tadi, pusaka tersebut memang berada di sebelah kanan air terjun. Tanpa menunggu lagi, Anapun segera mengambil pusaka tersebut.

Saat berada di tangan Ana, aku meminta tolong untuk bisa melihat atau sekedar merasakan pusaka tersebut. Anapun menyuruhku berkonsentrasi, dengan tangannya yang lembut (walah...) dia mengusap kedua mataku. Betapa kagetnya saat aku membuka mata dan melihat sebuah Tombak Yang Mempunyai atau Memiliki Mata. Panjangnya sekitar 1 meter dan terbuat dari emas (berapa karat ya ???). Baru kali ini aku melihat tombak seperti itu.

Yang bikin aku lebih kaget lagi adalah orang-orang yang berdiri di belakang Ana. Mereka semua tinggi besar dan berpakaian seperti orang kerajaan pada jaman dahulu. Tanpa memberikan penjelasan kepadaku, Ana menyerahkan tombak itu kepada Mereka. Merekapun akhirnya pergi sambil membawa tombak itu. Kamipun tidak berlama-lama di air terjun itu. Karena kelihatan akan turun hujan, kamipun memutuskan untuk pulang.

Keesokkan harinya, bukan pengemis, suara singa atau tombak yang bikin aku terkejut. Saat bangun tidur aku melihat sosok yang sangat besar dan tinggi sekali di dalam kamarku. Ternyata, yang ada di depanku saat itu adalah Raja yang kemarin telah meminta tolong untuk mengambilkan pusaka di air terjun. Dan di saat itulah aku diperkenalkan dengan Sang Putri yang telah di culik oleh musuh.

Cantik sekali, sungguh cantik sekali, aku sampai terpesona dibuatnya. Merekapun menawarkan hadiah untukku. Ya, apapun yang aku minta akan mereka usahakan. Terbesit dalam pikiranku untuk menjadi pasangan dari Sang Putri yang cantik jelita. Di saat akan mengutarakan hal itu, muncul lagi sosok wanita dari balik pintu kamar. Dengan senyumnya yang di penuhi kejengkelan dan kemarahan dia mendekatiku. Dan berkata "ngapain liat-liat cewek lain ?!?!?! mau selingkuh yah ?!?!?!" itulah Si Ana pacarku yang galak dan pencemburu.

Beruntung sekali Kerajaan P, mereka mendapatkan kembali Sang Putri dan Tombak Yang Mempunyai Mata (kabarnya sih bisa langsung menuju ke orang yang di tuju). Sedangkan aku, hemmm ... mendapatkan jeweran dan cubitan dari Ana. Nasib ... nasib ... :(

2 komentar:

Ki Gembol mengatakan...

Bro, gue demen dengan tulisan2 lo yang kayak gini. Sekalian nambah2 ilmu. Di tunggu postingan lainnya.

gratisan mengatakan...

@ Ki Gembol >> Mohon dukungannya Ki :)

Posting Komentar